Global warming merupakan istilah yang menunjukkan peningkatan suhu ratarata udara permukaan bumi dan lautan pada dekade terakhir dan peningkatan suhu ini masih akan terus berlangsung. Suhu udara rata-rata permukaan bumi meningkat 0.74 + 0.18 °C dalam 100 tahun terakhir. Sedangkan IPCC memprediksi bahwa suhu global cenderung meningkat sebesar 1.1 sampai 6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100. Peningkatan suhu bumi sebenarnya dapat terjadi secara alami, namun penyebab utama global warming ini adalah tingginya level greenhouse gases, terutama CO2 dan metan di atmosfer akibat aktifitas manusia, seperti tingginya laju pembakaran bahan bakar fosil dan perubahan fungsi lahan terutama deforestasi.
Dampak negative dari global warming
Punahnya 67% dari sekitar 110 spesies katak Atelopus sp. dari pegunungan Costa Rica akibat infeksi fungi patogen Batrachochytrium dendrobatidis sekitar 20 tahun lalu. Atelopus sp merupakan spesies katak endemis di wilayah tropis benua Amerika. Analisa hubungan periode kepunahan terhadap perubahan level permukaan laut dan suhu udara menunjukkan bahwa pemanasan global telah menyebabkan suhu lingkungan pada sebagian besar pegununganpegunungan di wilayah Amerika Selatan dan Tengah bergerak mendekati suhu optimum pertumbuhan fungi pathogen B. dendrobatidis sehingga menyebabkan wabah dan mengakibatkan punahnya sebagian spesies Atelopus sp.
Di Tibet iklim mulai tidak stabil sejak Juni 1998 di mana terjadi gelombang udara panas, temperatur berkisar 250C selama 23 hari, kejadian ini belum pernah terjadi sebelumnya. Kawasan Siberia, Eropa Timur dan Amerika Utara yang terkenal dengan udara sangat dingin kini mulai menghangat. Di Kairo pada Agustus 1998 tercatat suhu udara menembus angka 410C. Pada Agustus 1998 di Sidney Australia terjadi badai besar disertai hujan dengan curah hujan mencapai tiga kali ukuran normal. Sementara di Indonesia, Meksiko, Spanyol dan negara-negara lain di berbagai belahan dunia telah terjadi musim kering berkepanjangan sebagai akibat badai tropis yang berujung pada terbakarnya hutan jutaan hektar serta presipitasi hujan yang tinggi mengakibatkan bencana banjir dan kegagalan panen.
Simulasi model oleh pakar lingkungan Inggris memperkirakan lebih dari sejuta species akan terancam punah pada 2050, sedangkan species yang masih bertahan tidak akan lagi memiliki habitat yang nyaman, sementara sebagian lainnya harus bermigrasi cukup jauh untuk memperoleh tempat hidup yang sesuai guna mendukung kehidupannya. Simulasi ini diperkirakan cukup akurat mengingat penelitian di California melaporkan bahwa kupu-kupu jenis Edith Checkerspot telah mulai menghilang seiring naiknya suhu udara di kawasan tersebut. Sementara itu populasi penguin jenis Adeline di Antartika berkurang 33% dalam kurun 25 tahun terakhir akibat surutnya permukaan lautan es. Tim peneliti dari Kanada melaporkan bahwa jumlah rusa kutub Peary menurun drastis jumlahnya dari 24.000 pada 1961 menjadi hanya sekitar 1.000 pada 1997 akibat perubahan iklim yang cukup ekstrim.
Pemanasan global ternyata juga mulai memicu munculnya beberapa serangan penyakit yang sebelumnya belum pernah ada pada daerah tertentu. Sebut saja di kawasan pegunungan Andes Kolumbia - Amerika Tengah dengan ketinggian 1.000 - 2.195 meter dari permukaan laut dilaporkan muncul nyamuk penyebab penyakit malaria, demam berdarah dan demam kuning. Pada 1997 di Papua, penyakit malaria terdeteksi untuk pertama kalinya pada pemukiman di ketinggian 2.100 meter dari permukaan laut. Bencana lain adalah naiknya permukaan air laut di kawasan kepulauan Bermuda Amerika Tengah. Dilaporkan bahwa di kawasan tersebut air laut telah meluap melampaui batas air payau dan memusnahkan ribuan hektar hutan bakau. Di Fiji terjadi penyusutan garis pantai sepanjang 15 cm/tahun selama 90 tahun terakhir ini. Berdasarkan hasil penelitian IPCC (1990) permukaan air laut telah naik sekitar 10-20 cm. Bila angka kenaikan permukaan air laut ini sampai menyentuh kisaran angka 20-50 cm maka habitat di daerah pantai akan mengalami gangguan bahkan musnah. Sedangkan peningkatan sebesar satu meter diprediksi akan mampu menggusur puluhan juta orang akibat terendamnya kota dan desa di kawasan pesisir, lahan pertanian produktif akan hancur terendam dan persediaan air tawar akan tercemar. Bencana terakhir yang terjadi di negara kita adalah gelombang pasang yang memporak-porandakan pemukiman warga di sepanjang pantai selatan pulau Jawa-Bali dan Sumatera. Bencana tersebut walaupun tidak menelan korban jiwa namun tidak sedikit kerugian yang harus diterima oleh masyarakat pesisir.
POZNAN Dunia telah kehilangan hampir 20 persen terumbu karangnya akibat emisi karbon dioksida, demikian laporan yang disiarkan di Poznan, Polandia, Rabu (10/12). Laporan yang dirilis Global Coral Reef Monitoring Network ini merupakan upaya memberi tekanan atas peserta konferensi PBB mengenai iklim agar membuat kemajuan dalam memerangi kenaikan suhu global. Jika kecenderungan emisi karbon dioksida saat ini terus berlangsung, banyak terumbu karang mungkin akan hilang dalam waktu 20 sampai 40 tahun mendatang, dan ini akan memiliki konsekuensi bahaya bagi sebanyak 500 juta orang yang bergantung atas terumbu karang untuk memperoleh nafkah mereka Karena karbon ini diserap, samudra akan menjadi lebih asam, yang secara serius merusak sangat banyak biota laut dari terumbu karang hingga kumpulan plankton dan dari udang besar hingga rumput laut
Ozon adalah molekul gas alami yang mudah larut dalam air dan tidak beracun. Di alam, ozon ditemukan di lapisan luar dari atmosfir dan berfungsi sebagai tameng terhadap radiasi ultra violet sinar matahari yang dapat menyebabkan penyakit kanker kulit. Ozon adalah molekul gas yang terdiri dari 3 atom Oksigen dan mempunyai rumus kimia O3. Molekul Ozon bersifat tidak stabil dan akan selalu berusaha mencari ’sasaran’ untuk dapat melepaskan satu atom Oksigen dengan cara oksidasi, .Sehingga ozon dapat berubah menjadi molekul Oksigen yang stabil (O2). Karena sifat oksidatornya yang sangat kuat, maka Ozon sangat unggul untuk desinfeksi (membunuh kuman), detoksifikasi (menetralkan zat beracun) dan deodorisasi (menghilangkan bau tidak enak) dalam air dan udara.
Lapisan ozon adalah lapisan di atmosfer pada ketinggian 19 - 48 km (12 - 30 mil) di atas permukaan Bumi yang mengandung molekul-molekul ozon. Konsentrasi ozon di lapisan ini mencapai 10 ppm dan terbentuk akibat pengaruh sinar ultraviolet Matahari terhadap molekul-molekul oksigen. Peristiwa ini telah terjadi sejak berjuta-juta tahun yang lalu, tetapi campuran molekul-molekul nitrogen yang muncul di atmosfer menjaga konsentrasi ozon relatif stabil.
lapisan atmosfer :
1. exosphera (>400km)
2. thermosphera (50km - 400km)
3. mesosphera (30km - 50km)
4. stastophera (10km - 30km)
5. troposphera (0km - 10km)
ozon terletak dilapisan stastophera dan mesosfera. awan tertinggi (awan cirrus--6000m diatas bumi) berada di ketinggian tropospera. jadi awan masih berada didalam lapisan ozon
Ancaman yang diketahui terhadap keseimbangan ozon adalah kloroflorokarbon (CFC) yang mengakibatkan menipisnya lapisan ozon.
CFC digunakan oleh masyarakat modern dengan cara yang tidak terkira banyaknya,
1. kulkas
2. bahan dorong dalam penyembur (aerosol), diantaranya kaleng semprot untuk pengharum ruangan, penyemprot rambut atau parfum
3. pembuatan busa
4. bahan pelarut terutama bagi kilang-kilang elektronik
5. AC
Satu buah molekul CFC memiliki masa hidup 50 hingga 100 tahun dalam atmosfer sebelum dihapuskan.
MEKANISME PERUSAKAN LAPISAN OZON
Dalam waktu kira-kira 5 tahun, CFC bergerak naik dengan perlahan ke dalam stratosfer (10 – 50 km). Molekul CFC terurai setelah bercampur dengan sinar UV, dan membebaskan atom KLORIN. Atom klorin ini berupaya memusnahkan ozon dan menghasilkan LUBANG OZON.
Penipisan lapisan ozon akan menyebabkan lebih banyak sinar UV memasuki bumi.
Lubang ozon di Antartika disebabkan oleh penipisan lapisan ozon antara ketinggian tertentu seluruh Antartika pada musim semi. Pembentukan ‘lubang’ tersebut terjadi setiap bulan September dan pulih ke keadaan normal pada lewat musin semi atau awal musim panas.
Dalam bulan Oktober 1987, 1989, 1990 dan 1991, lubang ozon yang luas telah dilacak di seluruh Antartika dengan kenaikan 60% pengurangan ozon berbanding dengan permukaan lubang pra-ozon. Pada bulan Oktober 1991, permukaan terendah atmosfer ozon yang pernah dicatat telah terjadi di seluruh Antartika.
save our earth
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar